Tips Memiliki Rumah Sehat, Rumah Modern, Amartha Safira, Rumah Milenial, Rumah Siap Huni, Rumah Sidoarjo, Rumah Surabaya
Salah satu penyebab banjir adalah tersumbatnya saluran air. Selain karena orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena membuang sampah sembarangan, ternyata daun-daun kering yang berserakan juga berpotensi mendatangkan banjir. Daun-daun kering yang berserakan bisa hanyut terbawa air dan menyumbat saluran air hingga dapat menimbulkan banjir.
Daripada hanya membuangnya ke tempat sampah atau bahkan membakarnya, kamu bisa mengolahnya menjadi pupuk. Untuk mempercepat proses pembusukan, diperlukan bahan organik lain yang lebih mudah membusuk, seperti limbah rumah tangga. Kamu tidak dapat melakukannya dengan meletakkannya di halaman begitu saja, melainkan ada cara tertentu yang harus dilakukan.
Rumah Sehat, Lingkungan Sehat
Menumpuknya sampah di rumah bukan merupakan salah satu kriteria rumah sehat, karena dapat memperburuk kesehatanmu. Fakta menunjukkan pada tahun 2018 bahwa penyumbang sampah terbesar adalah rumah tangga. Untuk itu mungkin kita dapat mengurangi atau bahkan mengolah sampah di rumah. Sebelum memulai pengolahan sampah organik, kamu harus terlebih dahulu memisahkan sampah yang ada di rumah dalam tiga kategori, sampah organik, sampah plastik dan sampah anorganik yang bisa didaur ulang.
Sampah organik yang terkumpul nantinya akan diolah menjadi pupuk organik. Kemudian, sampah yang dapat didaur ulang nantinya akan disalurkan melalui organisasi atau perusahaan yang dapat melakukan proses daur ulang sampah anorganik. Mungkin kamu belum banyak bisa melakukan sesuatu untuk sampah plastik, namun dengan mengurangi penggunaannya, itu merupakan langkah yang baik. Melalui pengolahan sampah yang tepat, uji tidak langsung kamu dapat berkontribusi untuk lingkungan yang lebih sehat secara menyeluruh. Rumah Sehat adalah akar lingkungan yang sehat.
Mewujudkan Rumah Sehat dengan Lubang Biopori dan Komposter
Perwujudan rumah sehat dapat dilakukan dengan membuat lubang biopori dan komposter. Lubang biopori merupakan lubang yang digunakan untuk meningkatkan daya resapan air sehingga mengurangi air yang menggenang dan dapat lebih mudah menyerap dalam tanah. Pertama diperkenalkan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata, seorang peneliti dari IPB sebagai respon atas berita banjir di Jakarta tahun 2007. Lubang biopori biasanya berbentuk tabung vertikal dengan lubang-lubang kecil berdiameter 10-15cm yang ditanam dengan kedalaman 100-120cm. Pada bagian atas tabung terdapat penutup yang berongga, yang dapat dibuka sewaktu waktu.
Lubang biopori juga berfungsi sebagai pengolahan sampah dan limbah organik. Nantinya kamu dapat mengisi lubang itu dengan sampah-sampah organik, seperti daun kering dan limbah dapur organik yang disusun bergantian. Proses pembusukan akan terjadi dalam lubang tersebut. Jika sudah menghitam, tidak ada binatang pengurai serta tidak berbau, pupuk kompos dari bahan organik tersebut dapat kamu gunakan.
Komposisi urutan pengolahan sampah yang sama juga bisa kamu terapkan dalam komposter. Komposter merupakan ember yang dibawahnya memiliki keran. Pada prinsipnya, kamu juga dapat memperoleh pupuk dari kegiatan ini. Letak perbedaannya, melalui pembusukan sampah dengan komposter, kamu dapat memperoleh 2 macam pupuk, yakni pupuk berbentuk padat dan pupuk cair. Pupuk kompos padat dapat kamu gunakan untuk memupuk tanah seperti biasa. Sedangkan pupuk cair dapat kamu gunakan sebagai pembasmi hama organik.
Melalui pemilahan dan pengolahan sampah yang tepat, kamu dapat mewujudkan rumah sehat dan lebih nyaman.